Rabu, 05 Juni 2013

Internalisasi Nilai Akhlak Melalui Pembelajaran Al-Qur'an Hadist

INTERNALISASI NILAI AKHLAK
MELALUI PEMBELAJARAN AL-QUR'AN HADIST

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mid Semester
Mata Kuliah : Materi dan Pembelajaran Qur'an Hadis Mts & MA
Dosen Pengampu : Mufatihatut Taubah, S.Ag., M.Pd.I




Disusun Oleh:

Dewi Wulan Sari
110290



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
TAHUN 2012

BAB I

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia, karena pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dunia modern saat ini, termasuk di Indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada para taraf yang mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Gejala kemerosotan akhlak tersebut, dewasa ini bukan saja menimpa kalangan dewasa, melainkan juga telah menimpa kalangan pelajar tunas-tunas muda. Orang tua, ahli didik dan mereka yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial banyak mengeluhkan terhadap perilaku sebagian pelajar yang berperilaku nakal, keras kepala, mabuk-mabukan, tawuran, pesta obat-obatan terlarang, dll.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi adanya kenakalan remaja, pendidikan agama sedini mungkin sangatlah penting terutama Al Qur'an dan Al Hadist yang merupakan pedoman hidup manusia. Dari uraian tersebut, pemakalah tertarik untuk mengangkat judul ”Internalisasi Nilai Akhlak Melalui Pembelajaran Qur'an Hadist”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka pemakalah merumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
    1. Apa pengertian Internalisasi Nilai Akhlak pada pelajran Qur'an Hadist itu?
    2. Apa Tujuan dari Penginternalisasian Nilai Ahlak melalui Qur'an hadist?
    3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi dalam Penginternalisasian nilai akhlak melalui Qur'an Hadist pada peserta didik?
BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Internalisasi Nilai Akhlak Pada Pelajaran Qur'an Hadist
Secara epistimologi Internalisasi berasal dari kata intern atau kata internal yang berarti bagian dalam atau di dalam. Sedangkan internalisasi berarti penghayatan. Sedangkan berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia Internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.1
Nilai-nilai akhlak adalah sesuatu yang dapat dijadikan sasaran untuk mencapai tujuan yang menjadi sifat keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau lebih dari komponen yang satu sama lainnya saling mempengaruhi atau bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat dan berorientasi kepada nilai dan moralitas Islami.2
Pembelajaran Al-Qur’an adalah suatu proses dua kombinasi antara apa yang dilakukan siswa dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits dan apa yang diajarkan oleh guru atau sekolah kepada siswa Hadits terdiri dari mata pelajaran yang mempelajari ayat dan hadits pilihan yang berkenaan dengan ketauhidan dan sosial masyarakat serta apa yang menunjang pembelajaran tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai akhlak merupakan sebuah upaya yang dilakukan dengan sadar untuk menanamkan nilai-nilai ke Islaman dalam membentuk intelektual berpribadi yang luhur dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, bimbingan serta arahan dari pendidik maupun orang tua sangat penting untuk menunjang penginternalisasian nilai tersebut. Agar peserta didik didik tidak mudah terjerumus oleh kenakalan remaja yang menggerus budaya bangsa.
  1. Tujuan Penginternalisasian Nilai Ahlak Melalui Qur'an Hadist
Tujuan internalisasi nilai-nilai akhlak merupakan sentral dalam pendidikan Islam, karena dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih akan membentuk kepribadian insan kamil yang merupakan misi dan visi serta tujuan diutusnya rasulullah saw, menyempurnakan budi pekerti dan sebagai suri tauladan bagi umat manusia sebagaimana  firman Allah dalam surat Al-Ahzaab ayat 21.
Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”3

Maka tanpa perumusan yang baik maka pendidikan menjadi tidak jelas arah tujuannya bahkan akan berakibat sangat buruk bagi dunia pendidikan.4 Dengan demikian tujuan internalisasi nilai-nilai akhlak sesungguhnya memiliki tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan Islam dalam membina manusia maupun, dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam itu sendiri.
Menurut Dimiyati, merumuskan tujuan pendidikan Islam (pendidikan akhlak) secara umum kedalam 5 tujuan:5
1. Untuk membentuk akhlak mulia
2. Persiapan kehidupan dunia akhirat
3. Persiaran untuk pencapaian rizki dan pemliharaan segi kemanfaatan
4. Menyiapkan pelajar dari segi propesi dan keterampilan tertentu
5. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah di muka bumi dengan sebaik-baiknya
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam merupakan usaha dalam membangun manusia yang seutuhnya dalam rangka membentuk kepribadian moralitas manusia sehingga menjadi insan kamil yang berakhlak mulia serta memahami nilai-nilai agama.6
Tujuan pendidikan Islam di atas memberikan gambaran bahwa tujuan pedidikan Islam searah dengan tujuan internalisasi nilai-nilai akhlak dalam rangka menjadi pribadi-pribadi muslim yang kamil, khalifah di muka bumi, berakhlak mulia, serta mampu mengembangkan potensinya dalam menggapai kebahagiaan dunia akhirat.
Tujuan lain dari penginternalisasian nilai akhlak melalui Qur'an Hadist yakni, untuk mencegah terjadinya kemerosotan moral pada remaja. Dengan berpedoman pada Qur'an dan Hadist, seorang peserta didik akan mengetahui batas-batas mana pergaulan yang baik dan sebaliknya.
  1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dalam Menginternalisasikan Nilai Akhlak Melalui Qur'an Hadist
  1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan motivasi idealis yang membantu seseorang dalam belajar.7 Seseorang yang memiliki motif internal akan lebih kuat dalam proses belajarnya dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya. Motif internal lahir dari perenungan tentang konsep diri (filosofis) yang mempertanyakan manfaat belajar itu sendiri. Seseorang belajar tentunya karena sadar akan ketidaktahuan dirinya menguasai suatu pengetahuan atau keterampilan.8 Seseorang yang sadar akan ketidaktahuan dirinya menguasai suatu pengetahuan atau keterampilan, maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mempelajarinya. Begitu pula sebaliknya faktor internal bisa menjadi penyebab turunnya motivasi belajar siswa.
Jika seorang peserta didik tidak mempunyai motif internal dari dalam dirinya untuk belajar, maka akan sangat sulit untuk menerapkan dasar-dasar keIslaman terhadap peserta didik tersebut. Akan tetapi sebaliknya, jika seorang peserta didik telah tertanam motif internal bahwa pemahaman tentang ke Islaman (tauhid) itu bukan lagi perlu melainkan sangat penting, maka dengan sendirinya peserta didik mempelajari tentang ke Islaman tersebut. Seperti membiasakan diri membaca Al Qur'an, memperbanyak shalat-shalat malam pada kesehariannya, dan lain-lain.
Namun pada kenyataannya sekarang, banyak peserta didik khususnya remaja yang tidak memiliki motif internal. Sehingga pendidikan ke agamaan dianggap sebagai formalitas semata. Hal ini berimbas terhadap akhlak remaja itu sendiri yang rentan terhadap perkembangan zaman dan mudah terpengaruh dengan ganasnya pergaulan saat ini.

  1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah seluruh faktor yang mendukung proses belajar di luar motif idealis.9 Faktor eksternal meliputi peran dari orang tua, pengajar, dan lingkungan sekitar.
Pendidikan pertama seorang anak jatuh pada lingkungan keluarga. Orang tua yang memiliki landasan pengetahuan ke Islaman yang baik, akan mengajarkan ketauhit-an yang baik pula kepada anaknya. Hal ini dapat membantu seorang anak untuk menguatkan dasar keagamaan sejak dini. Oleh sebab itu, pendidikan dari keluarga dikatakan sangat penting.
Selain dari keluarga, pendidik (guru) dan lingkungan sekitar juga tidak kalah penting dalam membentuk akhlak seorang anak. Pendidik dan lingkungan yang baik, sudah barang tentu akan menghasilkan pribadi seorang anak yang baik, begitu pula sebaliknya.
Ketiga komponen tersebut sangatlah berkaitan. Demi terciptanya seorang peserta didik yang berakhlak mulia, dan mempunyai landasan ke Islaman yang kuat dibutuhkan komponen yang baik pula.
BAB III

A. KESIMPULAN
Internalisasi nilai akhlak merupakan sebuah upaya yang dilakukan dengan sadar untuk menanamkan nilai-nilai ke Islaman dalam membentuk intelektual berpribadi yang luhur dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan internalisasi nilai-nilai akhlak sesungguhnya memiliki tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan Islam dalam membina manusia maupun, dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam itu sendiri. Dalam proses penginternalisasian terhadap peserta didik, terdapat dua faktor yang mempengaruhi antara lain: faktor internal dan faktor eksternal.

B. PENUTUP
Demikianlah pemaparan makalah dari kami, semoga dapat menambah pengetahuan serta manfaat bagi teman-teman semuanya. Kami menyadari masih banyaknya kekurangan yang terdapat dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami nantikan demi tersempurnanya makalah yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen agama, Al-Qur’an Al- Karim Dan Terjemahannya Kedalam Bahasa Indonesia, 1971, Riyadh, Kerajaan Saudi Arabiyah
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, 1999, Jakarta, PT. Rineka cipta
Nurul, Zakiah, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalamperspektif Perubahan, 2007, PT. Tiara wacana, Yogyakarta
Sudirman, Islam Pasca Orde Baru, 2001, Yogyakarta, PT. Tiara wacana
Suwardi, Membangun Karakter Bangsa. 1991, Ghalia Indonesia, Jakarta

Footnote
1Zakiah Nurul, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalamperspektif Perubahan, 2007, PT. Tiara wacana, Yogyakarta, hal 32
2Ibid, hal 35
3Departemen agama, Al-Qur’an Al- Karim Dan Terjemahannya Kedalam Bahasa Indonesia, 1971, Riyadh, Kerajaan Saudi Arabiyah
4 Suwardi, Membangun Karakter Bangsa. 1991, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal 76
5Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, 1999, Jakarta, PT. Rineka cipta, hal 23
6Ibid, hal 25
7Sudirman, Islam Pasca Orde Baru, 2001, Yogyakarta, PT. Tiara wacana, hal 30
8Loc. Cit
9Ibid, hal 31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar