INTERNALISASI
NILAI AKHLAK
MELALUI
PEMBELAJARAN AL-QUR'AN HADIST
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Mid Semester
Mata
Kuliah : Materi dan Pembelajaran Qur'an Hadis Mts & MA
Dosen
Pengampu : Mufatihatut Taubah, S.Ag., M.Pd.I
Disusun
Oleh:
Dewi
Wulan Sari
110290
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH / PAI
TAHUN
2012
BAB
I
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia, karena
pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi
memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dunia modern saat ini, termasuk di Indonesia
ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada para
taraf yang mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong
menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan,
penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Gejala
kemerosotan akhlak tersebut, dewasa ini bukan saja menimpa kalangan
dewasa, melainkan juga telah menimpa kalangan pelajar tunas-tunas
muda. Orang tua, ahli didik dan mereka yang berkecimpung dalam bidang
agama dan sosial banyak mengeluhkan terhadap perilaku sebagian
pelajar yang berperilaku nakal, keras kepala, mabuk-mabukan, tawuran,
pesta obat-obatan terlarang, dll.
Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi
adanya kenakalan remaja, pendidikan agama sedini mungkin sangatlah
penting terutama Al Qur'an dan Al Hadist yang merupakan pedoman hidup
manusia. Dari uraian tersebut, pemakalah tertarik untuk mengangkat
judul ”Internalisasi Nilai Akhlak Melalui Pembelajaran Qur'an
Hadist”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka pemakalah
merumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
- Apa pengertian Internalisasi Nilai Akhlak pada pelajran Qur'an Hadist itu?
- Apa Tujuan dari Penginternalisasian Nilai Ahlak melalui Qur'an hadist?
- Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi dalam Penginternalisasian nilai akhlak melalui Qur'an Hadist pada peserta didik?
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Internalisasi Nilai Akhlak Pada Pelajaran Qur'an Hadist
Secara
epistimologi Internalisasi berasal dari kata intern atau kata
internal yang berarti bagian dalam atau di dalam. Sedangkan
internalisasi berarti penghayatan. Sedangkan berdasarkan kamus besar
bahasa Indonesia Internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu
ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan
kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam
sikap dan perilaku.1
Nilai-nilai
akhlak adalah sesuatu yang dapat dijadikan sasaran untuk mencapai
tujuan yang menjadi sifat keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua
atau lebih dari komponen yang satu sama lainnya saling mempengaruhi
atau bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat dan
berorientasi kepada nilai dan moralitas Islami.2
Pembelajaran
Al-Qur’an adalah suatu proses dua kombinasi antara apa yang
dilakukan siswa dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits dan apa yang
diajarkan oleh guru atau sekolah kepada siswa Hadits terdiri dari
mata pelajaran yang mempelajari ayat dan hadits pilihan yang
berkenaan dengan ketauhidan dan sosial
masyarakat serta apa yang menunjang pembelajaran tersebut.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai akhlak merupakan sebuah
upaya yang dilakukan dengan sadar untuk menanamkan nilai-nilai ke
Islaman dalam membentuk intelektual berpribadi yang luhur dalam
kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, bimbingan serta arahan dari pendidik maupun orang
tua sangat penting untuk menunjang penginternalisasian nilai
tersebut. Agar peserta didik didik tidak mudah terjerumus oleh
kenakalan remaja yang menggerus budaya bangsa.
- Tujuan Penginternalisasian Nilai Ahlak Melalui Qur'an Hadist
Tujuan internalisasi
nilai-nilai akhlak merupakan sentral dalam pendidikan Islam, karena
dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih akan membentuk
kepribadian insan kamil yang merupakan misi dan visi serta tujuan
diutusnya rasulullah saw, menyempurnakan budi pekerti dan sebagai
suri tauladan bagi umat manusia sebagaimana firman Allah dalam
surat Al-Ahzaab ayat 21.
Artinya:
”Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”3
Maka tanpa
perumusan yang baik maka pendidikan menjadi tidak jelas arah
tujuannya bahkan
akan berakibat sangat buruk bagi dunia pendidikan.4
Dengan demikian tujuan internalisasi nilai-nilai akhlak sesungguhnya
memiliki tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan Islam dalam
membina manusia maupun,
dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam itu sendiri.
Menurut
Dimiyati, merumuskan tujuan pendidikan Islam (pendidikan akhlak)
secara umum kedalam 5 tujuan:5
1.
Untuk
membentuk akhlak mulia
2.
Persiapan
kehidupan dunia akhirat
3.
Persiaran
untuk pencapaian rizki dan pemliharaan segi kemanfaatan
4.
Menyiapkan
pelajar dari segi propesi dan keterampilan tertentu
5.
Mengarahkan
manusia agar menjadi khalifah di muka bumi dengan sebaik-baiknya
Dengan
demikian tujuan pendidikan Islam merupakan usaha dalam membangun
manusia yang seutuhnya dalam rangka membentuk kepribadian moralitas
manusia sehingga menjadi insan kamil yang berakhlak mulia serta
memahami nilai-nilai agama.6
Tujuan pendidikan Islam di atas memberikan gambaran bahwa tujuan
pedidikan Islam searah dengan tujuan internalisasi nilai-nilai akhlak
dalam rangka menjadi pribadi-pribadi muslim yang kamil, khalifah di
muka bumi, berakhlak mulia, serta mampu mengembangkan potensinya
dalam menggapai kebahagiaan dunia akhirat.
Tujuan lain dari penginternalisasian nilai akhlak melalui Qur'an
Hadist yakni, untuk mencegah terjadinya kemerosotan moral pada
remaja. Dengan berpedoman pada Qur'an dan Hadist, seorang peserta
didik akan mengetahui batas-batas mana pergaulan yang baik dan
sebaliknya.
- Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dalam Menginternalisasikan Nilai Akhlak Melalui Qur'an Hadist
- Faktor Internal
Faktor
internal
merupakan
motivasi idealis yang membantu seseorang dalam belajar.7
Seseorang yang memiliki motif internal akan lebih kuat dalam proses
belajarnya dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya.
Motif internal lahir dari perenungan tentang konsep diri (filosofis)
yang mempertanyakan manfaat belajar itu sendiri. Seseorang belajar
tentunya karena sadar akan ketidaktahuan dirinya menguasai suatu
pengetahuan atau keterampilan.8
Seseorang yang sadar akan ketidaktahuan dirinya menguasai suatu
pengetahuan atau keterampilan, maka ia akan berusaha sekuat tenaga
untuk mempelajarinya. Begitu pula sebaliknya faktor internal bisa
menjadi penyebab turunnya motivasi belajar siswa.
Jika
seorang peserta didik tidak mempunyai motif internal dari dalam
dirinya untuk belajar, maka akan sangat sulit untuk menerapkan
dasar-dasar keIslaman terhadap peserta didik tersebut. Akan tetapi
sebaliknya, jika seorang peserta didik telah tertanam motif internal
bahwa pemahaman tentang ke Islaman (tauhid) itu bukan lagi perlu
melainkan sangat penting, maka dengan sendirinya peserta didik
mempelajari tentang ke Islaman tersebut. Seperti membiasakan diri
membaca Al Qur'an, memperbanyak shalat-shalat malam pada
kesehariannya, dan lain-lain.
Namun
pada kenyataannya sekarang, banyak peserta didik khususnya remaja
yang tidak memiliki motif internal. Sehingga pendidikan ke agamaan
dianggap sebagai formalitas semata. Hal ini berimbas terhadap akhlak
remaja itu sendiri yang rentan terhadap perkembangan zaman dan mudah
terpengaruh dengan ganasnya pergaulan saat ini.
- Faktor Eksternal
Faktor
eksternal adalah seluruh faktor yang mendukung proses belajar di luar
motif idealis.9
Faktor eksternal meliputi peran dari orang tua, pengajar, dan
lingkungan sekitar.
Pendidikan
pertama seorang anak jatuh pada lingkungan keluarga. Orang tua yang
memiliki landasan pengetahuan ke Islaman yang baik, akan mengajarkan
ketauhit-an yang baik pula kepada anaknya. Hal ini dapat membantu
seorang anak untuk menguatkan dasar keagamaan sejak dini. Oleh sebab
itu, pendidikan dari keluarga dikatakan sangat penting.
Selain
dari keluarga, pendidik (guru) dan lingkungan sekitar juga tidak
kalah penting dalam membentuk akhlak seorang anak. Pendidik dan
lingkungan yang baik, sudah barang tentu akan menghasilkan pribadi
seorang anak yang baik, begitu pula sebaliknya.
Ketiga
komponen tersebut sangatlah berkaitan. Demi terciptanya seorang
peserta didik yang berakhlak mulia, dan mempunyai landasan ke Islaman
yang kuat dibutuhkan komponen yang baik pula.
BAB III
A. KESIMPULAN
Internalisasi
nilai akhlak merupakan sebuah upaya yang dilakukan dengan sadar untuk
menanamkan nilai-nilai ke Islaman dalam membentuk intelektual
berpribadi yang luhur dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan
internalisasi nilai-nilai akhlak sesungguhnya memiliki tujuan yang
sama dengan tujuan pendidikan Islam dalam membina manusia
maupun,
dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam itu sendiri.
Dalam proses penginternalisasian terhadap peserta didik, terdapat dua
faktor yang mempengaruhi antara lain: faktor internal dan faktor
eksternal.
B. PENUTUP
Demikianlah
pemaparan makalah dari kami, semoga dapat menambah pengetahuan serta
manfaat bagi teman-teman semuanya. Kami menyadari masih banyaknya
kekurangan yang terdapat dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami nantikan demi
tersempurnanya makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
agama, Al-Qur’an
Al- Karim Dan Terjemahannya Kedalam Bahasa Indonesia,
1971, Riyadh, Kerajaan Saudi Arabiyah
Dimyati,
Belajar
dan Pembelajaran,
1999, Jakarta, PT. Rineka cipta
Nurul,
Zakiah, Pendidikan
Moral Dan Budi Pekerti Dalamperspektif Perubahan,
2007, PT. Tiara wacana, Yogyakarta
Sudirman,
Islam
Pasca Orde Baru,
2001, Yogyakarta, PT. Tiara wacana
Suwardi,
Membangun
Karakter Bangsa. 1991,
Ghalia
Indonesia,
Jakarta
Footnote
1Zakiah
Nurul, Pendidikan
Moral Dan Budi Pekerti Dalamperspektif Perubahan,
2007, PT. Tiara wacana, Yogyakarta, hal 32
2Ibid,
hal 35
3Departemen
agama, Al-Qur’an Al- Karim Dan
Terjemahannya Kedalam Bahasa Indonesia,
1971, Riyadh, Kerajaan Saudi Arabiyah
6Ibid,
hal 25
8Loc.
Cit
9Ibid,
hal 31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar