Selasa, 04 Juni 2013

Perkembangan Intelegensi

PERKEMBANGAN INTELEGENSI


MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan
Pengampu : Sulthon, M. Ag., M.Pd



Disusun Oleh:

Dewi Wulan Sari (110290)
Zaenal Anwar (110299)
Eva Chairu Nisa' (110275)
Noor Syafa'ah (110295)
Abdurrahman (110308)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
TAHUN 2013



BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan merupakan suatu pola perubahan secara progresif organisme baik dalam struktur maupun fungsi(fisik atapun psikis) yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terjadi secara teratur dan berlangsung sejak masa konsepsi sampai akhir hayat, berdasarkan pertumbuhan, kematangan, pengalaman, dan belajar. Aspek-aspek perkembangan ini meliputi: fisik, intelegensi (kecerdasan), emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.
Akan tetapi, dalam makalah ini, kami membatasi pembahasan hanya pada perkembangan intelegensi. Dimana dalam makalah ini, kami akan memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan perkembangan integensi (kecerdasan) anak.

  1. Rumusan Masalah
Intelegensi merupakan faktor yang sangat berperan dalam kehidupan seseorang. Dibawah ini akan dikemukakan beberapa permasalahan, antara lain:
  1. Apa pengertian intelegensi?
  2. Apa sajakah teori-teori intelegensi?
  3. Apa sajakah macam-macam intelegensi?
  4. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi intelegnsi?
  5. Apa Saja Tes Intelegensi?
  6. Apa sajakah tingkatan Intelegensi serta pengaruhnya terhadap proses belajar?


BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Intelegensi (Kecerdasan)
Secara Etimologis Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence”. Intelegensi berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere” yang berarti memahami1. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.
Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”.2
Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Di antara pengertian intelegensi itu adalah sebagai berikut:
a. C.P Chaplin mengartikan intelegensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.3
b. Anita E. Woolfolk mengemukakan bahwa intelegensi itu meliputi tiga pengertian, yaitu (1) kemampuan untuk belajar, (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan (3) kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru taau lingkungan pada umumnya.4
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa intelegensi merupakan keahlian memecahkan masalah, kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan serta kemampuan merespons sesuatu yang terjadi dalam kehidupan. Kecerdasan merupakan fitrah manusia sejak lahir yang antara satu dengan yang lain memiliki taraf yang berbeda - beda.

  1. Teori-teori Intelegensi
      1. Teori “Two Factors”
Teori ini dikemukakan oleh Charles Spearman (1904). Dia berpendapat bahwa intelegensi itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g” (general factors), dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factors). Setiap individu memiliki kedua kemampuan ini yang keduanya menentukan penampilan atau perilaku mentalnya.5
      1. Teori “Primary Mental Abilities”
Teori ini dikemukakan oleh Thurstone (1938). Dia berpendapat bahwa intelegensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu (1) kemampuan berbahasa: verbal comprehension; (2) kemampuan mengingat: memory; (3) kemampuan nalar atau berpikir logis: reasoning; (4) kemampuan tilikan ruang: spatial factor; (5) kemampuan bilangan: numerical ability; (6) kemampuan menggunakan kata-kata: word fluency; dan (7) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat: perceptual speed.
      1. Teori “Multiple Intelegence”
Teori ini dikemukakan oleh J.P Guilford dan Howard Gardner. Guildford berpendapat bahwa intelegensi itu dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu sebagai berikut:
1. Operasi Mental (proses berpikir)
      1. Kognisi (menyimpan informasi yang lama dan menemukan informasi yang baru)
      2. Memori retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari)
      3. Memory recording (ingatan yang segera)
      4. Divergent production (berpikir melebar = banyak kemugkinan jawaban)
      5. Convergent production (berpikir memusat = hanya satu jawaban / alternatif)
      6. Evaluasi (mengambil keputusan tentang apakah sesuatu itu baik, akurat, atau memadai).
2. Content (Isi yang dipikirkan)
3. Product (hasil berpikir)
      1. Teori “Triachic of Intelligence”

  1. Macam-macam Intelegensi
Secara umum macam-macam intelligensi dibedakan menjadi 3 diantaranya:
      1. Inteligensi Analitis
yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam suatu pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil ujian. Misalnya: seorang individu dalam ujian disetiap pelajarannya selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata.
Santrock mengatakan bahwa “ para siswa yang mempunyai kemampuan analitis yang tinggi, cenderung disukai di sekolah-sekolah konvensional. Mereka cenderung mendapatkan nilai baik di kelas-kelas dimana guru mengajar dan memberikan ujian yang obyektif ”.6
Dari kutipan tersebut jelaslah bahwa peserta didik yang mempunyai kemampuan analitis tinggi tidak dipungkiri, sangat diharapkan oleh guru, dimana dalam hasil ujian selalu mendapatkan skor yang bagus dalam tes IQ serta nantinya berhak masuk ke perguruan tinggi yang kompetitif.
Sehingga peserta didik yang mempunyai tingkat intelegensi kreatif dan praktis setinggi apapun, jarang dihargai di lingkungan sekolah. Intelegensi analitis yang menjadi icon yang rata-rata lebih besar memberatkan peserta didik karena peserta didik yang mempunyai inteligensi analitis sangat sedikit sekali. Contoh misalkan di setiap sekolah ditingkatan apapun itu, yang mendapat juara pertama terlebih juara umum pasti 1 atau paling banyak 2 orang.

      1. Inteligensi Kreatif,
yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang hal-hal yang baru. Misalnya: seorang peserta didik diinstrusikan untuk menuliskan kata “P O H O N” oleh gurunya, tetapi jawaban seorang individu yang kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon.
Santrock mengatakan bahwa “ para siswa yang berintelegensi kreatif yang tinggi sering tidak berada di tingkat atas di kelas mereka. Para siswa yang berinteligensi kreatif, mungkin tidak memenuhi harapan para guru tentang bagaimana tugas-tugas harusnya dikerjakan. Mereka memberikan jawaban yang unik, yang membuat mereka mendapat teguran “.7
Guru cenderung tidak menyukai dan tidak memberikan penghargaan untuk peserta didik yang mempunyai intelegensi kreatif tinggi yang tidak memberikan tugas sekolah dengan sesuai yang diperintahkan, maka hasil pembelajaran bagaimanapun akan tidak mengalami perubahan selama hanya konsep intelegensi analitis yang diprioritaskan.
      1. Inteligensi Praktis
yaitu kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan, menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya: seorang individu mendapatkan skor rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan nyata, contohnya dalam pembelajaran praktikum di laboratorium, akan cepat memahami karena dibantu dengan berbagai peralatan dan media.
Selain intelegensi analitis tinggi dan intelegensi kreatif tinggi, peserta didik juga ada yang lebih cenderung pada intelegensi praktis seperti peserta didik yang berinteligensi praktis.

  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelegensi
Intelegensi orang satu dengan yang lain cenderng berbeda-beda. Hal ini karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:8
1. Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar. Dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3. Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4. Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.

5. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.

  1. Tes Intelegensi
Tes intelegensi ditemukan oleh Alfred Binet dan asistennya Simon. Pada tahun 1908-1911 tes ini dinamakan sebagai Chelle Matrique De Intellegence atau skala pengukur kecerdasan. Tes Binet-Simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang telah di kelompokkan menurut umur (untuk anak umur 3-15 tahun), pertanyaan-pertanyaan ini sengaja di buat mengenai skala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti:
1. Mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang,
2. Mengulang deretan angk-angka,
3. Mamperbandingkan berat timbangan,
4. Menceritakan isi gambar-gambar,
5. Menyebut nama bermacam-macam warna,
6. Menyebut harga mata uang,
7. Dan lain sebagainya.
Dengan menggunakan hasil pengukuran test inteligensi yang mencakup general (Infomation and Verbal Analogies, Jones and Conrad (Loree, 1970 : 78) telah mengembangkan sebuah kurva perkembangan Inteligensi, yang dapat di tafsirkan anatara lain sebagai berikut :
1. Laju perkembangan Inteligensi pada masa anak-anak berlangsung sangat pesat.
2. Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis kecakapan khusus tertentu (Juntika N, 137-138).
Bloom (1964) melukiskan berdasarkan hasil studi longitudinal, bahwa dengan berpatokan kepada hasil test IQ dari masa-masa sebelumnya yang di tempuh oleh subyek yang sama, kita akan dapat melihat perkembangan prosentase taraf kematangan dan kemamppuannya sebagai berikut:
a. Usia 1 tahun berkembang sampai sekitar 20%-nya
b. Usia 4 tahun sekitar 50%-nya
c. Usia 8 tahun sekitar 80%-nya
d. Usia 13 tahun sekitar 92%-nya
Hasil studi Bloom ini tampaknya (1952; 150 dan Loree 91970) : 79) juga menugaskan bahwa laju perkembangan IQ itu bersifat proposional.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah inteligensi merupakan salah satu masalah pokok karenanya tidak mengherankan kalau masalah tersebut banyak di kupas orang, baik secara khusus maupun secara sambil lalu dalam pertautan dengan pengupasan yang lain.
Tentang peran inteligensi itu dalam proses pendidikan ada yang menganggap demikian pentingnya sehingga di pandang menentukan dalam hal berhasil dan tidaknya seseorang dalam hal belajar. Sedang pada sisi lain ada juga yang menganggap bahwa inteligensi tidak lebih mempengaruhi soal tersebut. Tetapi pada umumnya orang berpendapat, bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang. Terlebih-lebih pada waktu anak masih sangat muda, inteligensi sangat besar pengaruhnya.9

  1. Tingkatan Intelegensi Dari berbagai Variasi
  1. Jenius
    Merupakan suatu kemampuan yang sangat luar biasa, dalam ukuran atau tingkatan di atas 140. kemampuan ini bisa dimiliki oleh siapa saja yang mau berusaha untuk meningkatkan kecerdasan dan memamfaatkan potensi dasarnya dengan baik.

  1. Normal
Merupakan sutau kemampuan yang biasa saja, tetapi kecerdasan ini mampu untuk melakukan semua aktivitas yang dibutuhkan dan diinginkan dirinya. Mempunyai tingkat ukuran yang rata-rata 100 sampai dengan 110. kecerdasan ini bisa pada anak yang cerdas atau disebut kecerdasan yang rata-rata.
  1. Rendah
Kemampuan ini dibawah rata-rata, bukan berarti kemampuan ini tidak dapat menyelesaikan kebutuhan dan keinginan atas dirinya, hanya saja mengalami keterhambatan dalam melaksanakan tugas-tugas untuk dirinya maupun orang lain, tingkat ukuran diantara 70 sampai 90. Pada umumnya ia mampu melaksanakan berbagai tugas hanya lambat dan cepat lelah serta jenuh.
  1. Keterbelakangan
    Anak yang mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat sulit untuk melakukan tugas atas dirinya, setiap tugas memerlukan bantuan orang lain, dengan bantuan akan memberikan kemampuan meningkat.
    Di antara keterbelakangan ada yang disebut dengan;
a. Idiot IQ : 0-29 : keterbelakangan yang sangat rendah sekali. Tidak dapat berbicara hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja, tidak dapat mengurus dirinya seperti ; mandi, makan dan rata-rata kemampuan ini berada di tempat tidur, kemapuannya seperti anak bayi. Kemapuan ini tidak tahan terhadap penyakit.
b. Imbecile IQ : 30-40 lebih meningkat dari idiot, jika dilatih dalam berbahasa ia mampu, tetapi sangat sukar sekali, dalam berbahasa kadang dapat dimengerti dan kadang idak dapat. Dapat mengurus dirinya dengan latihan dan pengawasan yang benar. Biasanya anak yang umur 7 tahun kemampuan kecerdasannya sama dengan anak yang berumur 3 tahun.
Kemampuan seseorang anak akan terlihat saat anak melakukan aktivitas. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan akan menunjukkan bahwa anak memang mampu dalam bidang tertentu dan tidak mampu pada bidang yang lain, sehingga anak dalam perkembangan intelegensinya disesuaikan dengan kemampuan dasar yang dimiliki anak dan bagaimana lingkungan yang mempengaruhi intelegensinya.

Berikut Tingkat Kecerdasan:
  • Jenius dengan tingkatan IQ lebih dari 140
  • Sangat superior dengan tingkatan IQ 130-139
  • Superior dengan tingaktan IQ 120-129
  • Cerdas dengan tingkatan IQ 110-119
  • Normal tinggi dengan tingkatan IQ 100-109
  • Normal rendah dengan tingkatan IQ 80-89
  • Interior dengan tingaktan IQ 70-79
  • Moron  dengan tingaktan IQ 50-69
  • Feembleminded dengan tingaktan IQ 60-79
  • Imbelice dengan tingkatan IQ 20-40
  • Idiot dengan tingkatan IQ kurang dari 2010


KESIMPULAN


Berdasarkan pembahasan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwasanya perkebangan intelegensi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk berfikir dan memecahkan masalah secara rasional. Kemapuan intelegensi ini juga berhubungan dengan keberhasilan belajar. Serta perlunya usaha dari tenaga pengajar dan orang tua untuk ikut terlibat dalam perkembangan intelegensi ini. Kecerdasan merupakan fitrah manusia sejak lahir yang antara satu dengan yang lain memiliki taraf yang berbeda – beda.
Macam-macam dari intelegensi sangat beragam antara lain: intelegensi analitis, intelegensi kreatif, dan intelegensi praktis.
Dalam perkembangannya, banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan intelegensi itu sendiri baik itu faktor intern maupun faktor ekstern.


PENUTUP


Demikianlah pemaparan makalah dari kami, Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun pembahasannya. Oleh karena itu kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Dan akhirnya, kami berharap agar makalah kami ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca.


DAFTAR PUSTAKA


Anisa Rahmadani pada http://kmjppb.wordpress.com/2011/10/15/intelegensi/. Di kutip pada 03 Mei 2013
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Prenada Media Group,
Jakarta,2007


2Anisa Rahmadani pada http://kmjppb.wordpress.com/2011/10/15/intelegensi/. Di kutip pada 03 Mei 2013
3Syamsu Yusuf, 2009, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hal 106
4Loc. Cit
5Ibid, hal 107
6John W. Santrock, 2007, Psikologi Pendidikan, Prenada Media Group, Jakarta, hal 156
7Ibid, hal 157
10Fathiya Shan, Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar